Sabtu, 27 April 2013

Part 2

***

"Sayang, jangan dibiasain ah ngelamun senja-senja gitu", tegur mama saat aku masuk ke rumah.
"Senja gak ngelamun kok ma, senja cuma menikmati keindahan di senja hari aja", jawabku.
"kamu gak bisa bohong sama mama nja, mama tahu kamu itu lagi memikirkan sesuatu", ujar mama lagi.
 Yah begitulah mama, selalu tahu dan paham tentang apa yang aku rasain, jadi gak bisa deh yang namanya bohong. Inilah yang menjadi alasan mama itu menjadi hal yang terpenting dalam hidup aku. Seorang single parent yang luar biasa, bisa menjadi papa sekaligus mama untukku dan abangku. Ya, Papa sudah lama meninggal tepatnya 3 tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas 6 SD, beliau sakit jantung kronis tak dapat disembuhkan lagi. Aku sangat menyayangi papa, kepergian papa merupakan pukulan keras untuk keluarga kami, papa adalah sosok kepala keluarga yang luar biasa untuk kami. "Aku rindu papa", batinku.
"heh, malah ngelamun, mandi sana ! bau tahu", suara mama mengejutkan lamunanku,
"Ah mama ini suka bikin kaget deh, ya deh mama bawel senja mandi dulu ya", balasku sambil berlalu meninggalkan mama
"nanti kalau udah siap mandi langsung ke ruang makan ya nja", masih terdengar olehku suara mama di dapur sana.
"mama mama, senja bangga punya mama", benakku.
***

selesainya aku mandi, aku langsung turun ke ruang makan dan di sana sudah ada mama dan abangku. Rendy itu nama abangku. Dia kuliah semester 4 di universitas yang terkenal di Bandung. Abangku ini ganteng loh, banyak sekali yang ingin menjadi pacarnya, setiap malam minggu selalu aja ada cewek-cewek yang datang untuk menemuinya dengan alasan mau nanyain soal tugas. Hahaha... abang ku ini selain ganteng tapi juga pinter loh, dia mendapatkan beasiswa dari kampusnya. Wow, abangku ini keren ya, dia tipe cowok setia loh walaupun banyak yang naksir tapi dia gak terpengaruh sama sekali, soalnya sekarang ini dia lagi nungguin cewek yang dia suka, cewek itu sahabatku sendiri. Abangku ini jatuh cint diam-diam ternyata.
"Ayo duduk nja", ajak mama sambil menuangkan air ke dalam gelas.
"iya ma, tapi aku mau duduk samping mama ya gak mau samping abang, soalnya abang kalau makan kadang suka kentut", jawabku, lalu duduk di samping mama.
"ngarang kamu nja, mana ada abang kentut. Senja bohong itu ma", jawab abangku membela diri.
"Ah abang, ngaku aja deh sama mama juga", ejekku lagi.
"Ih ini anak resek ya", menendang pelan kakiku.
"mama, lihat tu abang masa' kaki senja ditendang", rengekku pada mama, mama hanya tersenyum sambil memnggelengkan kepala melihat tingkah kami berdua.
"sudah sudah, ayo makan ! ribut aja dari tadi nanti keburu dingin ini makanannya", ujar mama melerai keributan kami.
"marahain aja tu senja ma, resek sih", dengan mulut penuh makanan masih saja sempet-sempetnya ngomong. Dasar.

"Oh iya sayang, besok mama ada tugas ke luar kota dan selama sebulan mama bakalan kerja di sana", ujar mama memulai pembicaraan lagi,
"hah? sebulan? lama banget ma, ngapain aja di sana?", tanya ku kaget
"Ada tugas pabrik yang harus mama selesaikan di sana", jawab mamaku tenang.
"Dimana memangnya ma?, mama sendiri aja di sana?, tanya bang Rendy dengan mulut masih mengunyah tentunya.
"Yogyakarta ren, mama gak sendiri kok, nanti ada beberapa karyawan mama yang bakal nemenin mama di sana", jawab mama lagi,
"lama banget ma, kan mama bisa nugasin karyawan mama aja untuk ke sana, masa' yang punya perusahaan juga turun tangan seh", sahutku lagi,
"Senja, dengerin mama, perusahaan itu memang kita yang punya tapi bukan berarti mama lepas tangan begitu aja, mama punya tanggungjawab yang besar atas perusahaan itu, jadi gak boleh seenaknya kita lepas tangan gitu aja", jelas mama sambil mengelus kepalaku.
"Denger tu Senja, jangan kamu kira keluarga kita yang punya perusahaan terus kita bisa ongkang-ongkang kaki ngeliat anak buah kerja", tambah abangku yang terlihat seperti emak-emak.
"iya iya, Senja ngerti. Maaf ya ma, senja cuma gak rela aja mama ninggalin senja sampe sebulan gitu", ujarku dengan suara manja.
"Mama paham sayang, tapi mau bagaimana lagi ini udah tugas mama dan gak bisa ditinggalin gitu aja. Kamu harus mengerti ya sayang, toh kan masih ada abang kamu yang bakal ngejagain kamu", jawab mama sedikit menenangkan hatiku.
"Ah sama bang Rendy gak asik mah, dia jalan muluk", ujarku dengan nada menyindir
"eh enak aja kamu ya, yang sering keluar itu kamu bukan abang suka memutar balikan fakta nih", elak abangku tak mau kalah
"Ye wajar dong, anak muda harus banyak ke luarnya, supaya update sama hal-hal yang terjadi di luar, gak kayak abang suka ketinggalan ", ejekku puas
"sudah ah, ribut terus dari tadi, ayo habiskan makanannya dan besok anterin mama ke bandara", ujar mama sambil membereskan makanan yang sudah habis.
"siap ma, oh ya ma jangan lupa bawa oleh-oleh ya ma", jawab abangku
"bawain oleh-oleh pacar ya ma buat bang Rendy, biar dia gak jomblo terus hahahahahaha..",timpalku 
"dasar adik gak sopan, abangnya diejek terus. Ma, liat senja tuh ma", rengek abangku manja
"haha..kalian ini ribut saja kerjaannya, ya sudah, sekarang bantu mama cuci piring lalu nanti bantuin mama beresin pakaian untuk besok", ujar mama sambil membersihkan meja makan.
"siap komandan", jawab kami bersamaan.
"nah gitu kan enak didengernya adik beradik yang kompak", ucap mama sambil berlalu menuju dapur.

Mama itu wanita yang super hebat, tanggungjawab di rumah dan juga tanggungjawab atas perusahaan keluarga yang dirintis papa dari nol, dan diteruskan oleh mama, wanita inspiratif kami. Setelah membersihkan bekas makan malam kami, kami lanjutkan membantu mama menyiapkan keperluan yang akan dibawa untuk sebulan ke Yogyakarta diringi dengan candaan hangat antara ibu dan kedua anaknya. Keluarga bahagia.
"Terima kasih anak-anak mama tercinta udah mau bantuin mama, sekarang kalian istirahat dan besok jangan sampai telat bangun ya", ucap mama sambil menyium kening kami penuh kehangatan.
"iya ma, mama juga istirahat biar gak kecapean besok", ujarku lalu menarik lengan bang Rendy untuk keluar dari kamar mama.
"selamat malam mama",
"selamat malam sayang", jawab mama lalu menutup pintu kamarnya.

***

Kamis, 25 April 2013

yang terbaik part 1

Matahari tersenyum ramah pada senja yang mulai menampakan biasnya. Petang mulai datang dan aku masih terpaku dalam diamku menyaksikan burung-burung berkicauan melantunkan melodi indah, merentangkan sayapnya menyambut kedatangan senja yang berwarna jingga. Kedamaian seperti ini yang selalu ku nantikan dalam hariku, bisa bercengkrama bersama angin sore yang menamparku halus dan membisikan sebuah rahasia yang hanya aku yang mengerti. Yah, lagi-lagi tentang  senja dan aku masih terus menunggunya di puncak ini, menyaksikan hamparan perkebunan yang mengeluarkan aroma kedamaian yang masuk dalam penciumanku serta gempulan-gempulan asap pegunungan yang bersahabat dengan awan-awan di langit. "Sungguh indahnya", batinku.
inilah alasan mengapa aku sangat setia menunggu senja datang di puncak ini, karena hanya di puncak inilah aku bisa merasakan dunia bersahabat denganku tanpa ada usikan-usikan dari orang-orang yang  tidak senang dengan kehidupanku. Senjalah yang menjadi sahabatku untuk belakangan hari ini. Tak hanya senja, angin serta kicauan burung yang membumbung tinggi di atas langit pun juga menjadi sahabat setiaku, dan tak bosan-bosannya perkebunan di puncak ini menajdi tempatku bermadu kasih pada semesta ciptaan Tuhan, "Alangkah indahnya ciptaan-Mu", bisikku pada angin yang berhembus.
Tuhan memang baik, ketika tak ada manusia yang bisa memahamiku saat masalah-masalah datang menghantui, Dia berikan bentangan alam yang tak pernah bosan dan lari saat aku datang dan meluapkan keluh kesah hidupku. Pegunungan, perkebunan, angin, dan dedaunan yang jatuh ke bumi  yang ku saksikan di puncak ini merupakan perantara rasa syukurku pada Sang Pencipta. Bahkan, mama pun tahu dengan kebiasaanku ini dan beliau memakluminya, Ya, selain senja serta keasrian di puncak ini, ada mama yang juga menjadi tempat labuhan hidupku.
"Sayang, masuk rumah sini, udah magrib loh", seru mama dalam rumah,
"Iya ma, sebentar lagi senja masuk", sahutku kemudian, dan aku segera menghentikan lamunanku dan mengucapkan selamat tinggal pada senja hari ini.
***

angin sesat

ketika angin pilu dengan sekenanya masuk dalam jiwa ini
terperangkap dalam dinding jiwa yang tak berlubang
bersenggema dengan aliran darah
berbaur menjadi satu..
angin yang memanaskan bukan menyejukan
angin yang menyengsarakan bukan mendamaikan
yah,, sekali lagi angin itu membawa petaka dalam jiwa yang tak berpenghuni
sepi, sunyi, hilang dari peradaban kasih
angin itu hanya terpekur diam dalam sukma tajam
ingin keluar tapi tak bisa keluar
ingin tinggal tapi jiwa berontak untuk ia pergi
angin apa ini?
mengapa bisa masuk padahal jiwa sudah terkunci rapat oleh sendu
mengapa bisa datang padahal tak diundang
harus bagaimana jiwa mengusirnya?
harus matikah?
atau hanya diam?