keep spirit :)
♥
Sabtu, 26 April 2014
Kamis, 05 Desember 2013
Air dan api
Api meliuk-liuk
menggerakkan tubuhnya
Bersenandung sinis
pada jiwa jahanam
Berkuasa pada tahta
yang bukan miliknya
Bercengkrama mesra
pada biduk kemunafikan
Hawa panas disamarkan
Menjadi kehangatan yang mematikan
Kenyamanan ditawarkan di balik kenistaan
Menggrogoti tulang-tulang yang mendekat
Menghitamkan jiwa-jiwa yang nekat
Muka dua kobaran itu kian hebat
Tat kala angin datang meski sekelebat
Menyatu pada kekuatan sesat tak bersyarat
Menciptakan istana tak berkarat
Memenjarakan tulang-tulang yang tersesat
Ketika hawa jahanam
itu berpesta pora
Jubah bening dengan
sayap terbentang datang menyejukkan
Tak gentar
Tak pendar
Tak gusar
Merangkul
nyala-nyala kesesatan
Meredamkan
gejolak-gejolak penyesatan
Mendinginkan hawa
menjadi perdamaian
Menyelamatkan
tulang-tulang dari kenistaan.
Narasinya adalah
Kita
adalah manusia yang memiliki sifat berbeda antara satu dan lainnya. Ada yang baik dan ada yang tidak
baik. Dewasa ini untuk membedakan sifat antara keduanya cukup sulit. Maksudnya
adalah, ada orang yang tidak baik berpura-pura menjadi baik ataupun sebaliknya.
Namun, pada kenyataannya sering sekali kita temui orang-orang yang berpura-pura
baik untuk mendapatkan semua yang diinginkan dan menghalalkan segala cara untuk
kepuasannya sendiri dengan jalan merangkul orang-orang di sekitarnya untuk
melakukan semua yang diperintahkannya dan secara perlahan nantinya orang-orang
yang dirangkulnya itu akan dihancurkan.
Mereka
yang munafik dan bermuka dua tak pernah kehabisan cara untuk menghancurkan
hidup orang lain. Mereka merebut sesuatu
yang sebenarnya bukan milik
mereka. Dengan cara yang licik, mereka mampu mengelabui orang lain yang lugu
dan polos. Orang-orang seperti ini lebih berbahaya dibandingkan
penjahat-penjahat lainnya. Namun, pada akhirnya nanti, sejahat apapun
seseorang, ia akan menyadari bahwa yang dilakukannya itu salah dan tidak baik,
apalagi jika mereka bertemu dengan orang yang bisa menuntun mereka ke arah yang
lebih baik dan merubah sifat buruk mereka. Karena kejahatan itu harus
dihadapkan pada kebaikan bukan pada kejahatan juga. Seperti api, ia harus
bertemu dengan air supaya padam bukannya api. Pada akhirnya, kesabaran dan
sikap positif lainnya lah yang menjadi kunci untuk mendamaikan sesuatu yang
sedang bergejolak.
Sabtu, 30 November 2013
Mari Berkarya dengan Bahasa
Indonesia
Assalamualaikum Wr.Wb
Yang terhormat
dosen pemimbing Ibu Dra. Hj. Isnaini Leo Shanty, M.Pd., dan teman-teman yang
berbahagia.
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat-Nya lah kita dapat
berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat Walafiat. Tidak lupa pula kita hanturkan
salawat dan salam kepada junjungan alam nabi besar kita Muhammad SAW.
Pada siang hari
ini, saya akan menyampaikan tentang pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional dan bahasa pemersatu bangsa ini.
Dengan Bahasa Indonesia kita mampu berkomunikasi dengan masyarakat serta
memudahkan kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, di
Indonesia tidak hanya terdiri dari satu bahasa dan satu daerah saja, seperti
yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki banyak bahasa daerah dari setiap
provinsi yang berbeda-beda, dan tidak semua masyarakat yang ada mengerti dan
memahami bahasa daerah masing-masing, sehingga perlu adanya bahasa yang mampu
dijadikan jembatan komunikasi bagi setiap masyarakat yang ada di negara ini.
Inilah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia sangat penting bagi masyarakat
Indonesia dan harus tetap dijunjung tinggi keberadaannya.
Melihat fenomena yang terjadi di
lingkungan masyarakat Indonesia, sungguh sangat disayangkan ketika melihat masih
banyak masyarakat yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar
bahkan ada yang tidak menggunakannya sama sekali. Apalagi era globalisasi saat
ini yang semakin maju dan berkembang yang membawa pengaruh budaya luar ke
Negara Indonesia yang menyebabkan perubahan pola pikir manusia terutama dalam
penggunaan bahasa. Oleh sebab itu, perlu diterapkannya pengajaran Bahasa
Indonesia secara baik dan benar serta tepat dalam lingkungan masyarakat
Indonesia itu sendiri.
Nah, bagimana caranya? Pertanyaan
inilah yang sekarang sedang dicari solusinya oleh Pemerintah dan tentunya kita
sebagai penerus bangsa. Di sekolah-sekolah diseluruh Indonesia sudah diterapkan
pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kepada peserta didik. Dalam pengajaran
ini, kita tidak hanya dituntut untuk berbicara dengan menggunakan Bahasa
Indonesia saja akan tetapi, kita juga diajarkan bagaimana memilih dan
menggunakan kata-kata yang tepat, ilmu-ilmu Bahasa Indonesia yang perlu kita
ketahui, lalu kita juga belajar tentang jeda,intonasi, tekanan, kalimat, dan
masih banyak lagi yang akan kita dapatkan serta harus kita pahami dan terapkan
dalam kehidupan nyata tentang pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini. Agar
pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini tepat sasaran dan tujuannya,
pendidik harus menggunakan metode dan cara yang tepat dalam proses belajar
mengajar.
Dengan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
yang ada di sekolah-sekolah serta di tempat bimbingan belajar lainnya
diharapkan dapat menyadari dan membangun kepedulian masyarakat untuk
menggunakan dan menjadikan Bahasa Indonesia itu sebagai jati diri bangsa.
Dengan Bahasa Indonesia, kita juga bisa menggali dan mengembangkan inovasi dan
kreativitas kita untuk berkarya, baik itu berkarya dalam sastra maupun dalam
pengajaran Bahasa Indonesia itu sendiri.
Jika kita mampu menerapkan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta
berkarya di dalamnya tentu permasalahan dalam penggunaan dan penerapan Bahasa
Indonesia bisa diatasi.
Jangan sampai mencintai bahasa asing
lalu Bahasa Indonesia dilupakan, junjung tinggi bahasa persatuan kita, Bahasa
Indonesia. Mari berkarya dengan Bahasa Indonesia.
Demikianlah yang dapat saya
sampaikan, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyampaian. Atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Assalamualaikum
Wr.Wb
Perjalanan ke Mantang
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Perjalanan
ke Mantang ini untuk meneliti tradisi-tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
Mantang yang mana mereka masih sangat menjunjung tinggi adat dan budaya yang
telah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Mantang merupakan pulau kecil yang
terdiri dari 4 bagian, yaitu Mantang Lama, Mantang Riau, Mantang Besar, dan
Mantang Baru. Sebagian besar penduduk Mantang bermata pencaharian sebagai
nelayan, karena ditinjau dari wilayahnya yang berupa lautan.
Mantang merupakan tempat lahirnya
kesenian Mak Yong. Mak Yong merupakan jenis permainan sandiwara yang diiringi
musik dan dimainkan sekitar dua puluh orang. Kesenian ini tidak banyak dikenal
oleh masyarakat perkotaan, akan tetapi Pulau Mantang tetap melestarikannya dan
bahkan pernah mementaskan Mak Yong ini sampai ke luar negeri.
II.
Tujuan
a)
Untuk mengetahui dan memahami kehidupan masyarakat Mantang.
c)
Mengenal kesenian Mak Yong yang ada di Mantang.
BAB II
PEMBAHASAN
Mantang merupakan sebuah pulau kecil yang terdapat diseberang Kijang. Untuk
pergi ke sana kita harus menggunakan kendaraan laut seperti pompong terlebih
dahulu. Mantang tebagi atas empat bagian, yaitu Mantang Riau, Mantang Lama, Mantang
Besar, dan Mantang Baru.Dahulu untuk nama Mantang Lama sendiri adalah Kayu Arang,
tetapi karena ada pergantian camat yang baru maka terjadilah perubahan nama
tersebut. Sedangkan untuk nama Mantang Baru dahulunya adalah Kampung Baru, dan
untuk Mantang besar nama awalnya adalah Kampung Mantang serta untuk Mantang
Riau dahulunya disebut Kampung Riau. Sedangkan untuk kelurahannya sendiri
terbagi atas 3, yaitu Kelurahan Mantang lama dan Mantang Riau satu kelurahan,
lalu Kelurahan Mantang Besar, dan Kelurahan Mantang Baru. Kesemua Mantang ini
berdiri pada satu tanah.
Mayoritas masyarakat Mantang bermata pencaharian nelayan, karena sebagian
wilayah Mantang berupa lautan. Kegiatan nelayan pun bervariasi ada yang
memasang jaring, memasang bubu, menangkap kepiting, dan lain sebagainya. Hasil
tangkapan para nelayan ini nantinya akan dijual dengan toke-toke Cina yang ada
di Kijang ataupun di pelantar dua yang kemudian akan didistribusikan ke daerah
Kepulauan Riau serta ke luar negeri.
Persaudaraan masyarakat Mantang sangat erat sekali, hal ini dapat dilihat
dari setiap mengadakan kegiatan seperti perkawinan, pengajian, dan memperingati
hari-hari besar nasional maupun islam, mereka selalu bergotong-royong untuk
mengadakan kegiatan tersebut. Sebagai contoh jika suatu keluarga yang ingin
mengadakan acara perkawinan, maka warga setempat akan ikut membantu pelaksanaan
acara tersebut, baik itu membantu dalam hal hidangan masakan ataupun pada
proses pemasangan alat-alat yang diperlukan untuk acara tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh seorang warga Mantang yang bernama Pak Mukhtar
bahwa masyarakat Mantang masih menjunjung tinggi rasa persaudaraan antar
sesamanya, sehingga segala sesuatu yang ada pada kehidupan masyarakat Mantang
dapat berjalan dengan lancar dan harmonis tentunya. Mereka juga sangat
menjunjung tinggi adat dan budaya setempat yang telah diturunkan oleh nenek
moyang mereka, walaupun adat dan budaya tersebut sudah sedikit mengalami
perubahan dari waktu ke waktu.
Mantang sangat terkenal dengan kesenian Mak Yong, yang konon katanya
merupakan kesenian asli dari Mantang yang didirikan oleh Alm. Pak Khalik, dan
sekarang diketuai oleh Pak Ali. Mak Yong merupakan permainan sandiwarayang
dimainkan pada hari-hari besar yang mana pada Mak Yong ini menggunakan bahasa
tradisi atau bisa dikatakan memakai bahasa melayu lama yang sulit sekali untuk
dipahami bagi orang awam. Mak Yong tidak hanya menampilkan sandiwara peran
saja, Mak Yong juga menyuguhkan tarian dan musik pengiring yang disejalankan
dengan sandiwara tersebut.Untuk pemain Mak Yong secara keseluruhan membutuhkan
sekiranya dua puluh orang pemain. Tidak sembarang orang bisa memainkan kesenian
Mak Yong ini, terutama pada penggunaan bahasa melayu lama, harus dipelajari
terlebih dahulu dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar empat bulan
atau lebih. Pementasan Mak Yong ini sendiri biasanya menampilkan cerita-cerita
kebangsawanan seperti Wak Prambon, Raja Busung Sakti, Mentimun Muda dan lain
sebagainya.Adapun nama sanggar tempat Mak Yong ini bernama “Putri Bungsu
Sakti”. Kesenian Mak Yong ini sudah pernah tampil ke luar negeri seperti Malaysia
dan Singapura.
Ada satu tradisi yang dilakukan sebelum mementaskan Mak Yong ini, yaitu
membuka tanah. Artinya adalah meminta izin terlebih dahulu pada penjaga tempat
dimana akan dilaksanakannya Mak Yong tersebut dengan menyirahkan kemenyan dan pembacaan
ayat-ayat Al-Qur’an oleh utusan dari acara tersebut. Hal ini bertujuan untuk
dipermudahkannya dalam pementasan Mak Yong tersebut.
Selain tradisi yang terdapat pada pementasan Mak Yong, ada pula proses
dalam penyambutan tamu terutama jika pejabat-pejabat yang datang. Masyarakat
Mantang akan menyambutnya dengan tradisi seperti permainan Gazal atau kompang,
yang mana terdiri dari ibu-ibu PKK dan karang taruna yang ada disana.
Tidak hanya tradisi dalam proses penyambutan tamu saja, tetapi ada juga tradisi
lain seperti tata cara penyajian hidangan makanan dalam suatu acara. Cara
menyajikan makanan pada tamu harus sesuai dengan aturan dan aturan tersebut
tidak pernah dilanggar sampai sekarang. Untuk menjamu tamu harus meletakkan
maksimal lima piring makanan dalam satu nampan, dan dalam pengambilan makanan
tersebut harus berurutan tidak boleh berebutan. Tata letak tempat duduk untuk
para tamu pun harus diatur, tidak boleh sembarangan. Yang mana orang yang
memiliki kedudukan yang tinggi harus diutamakan terlebih dahulu kemudian
masyarakat lainnya. Orang tua dahulu dalam menyajikan makanan menggunakan keris
pada pakaiannnya, tetapi sekarang tidak lagi. Jika dalam penyajian makanan tersebut
tidak menggunakan tata cara yang sudah ditentukan akan ditegur bahkan dulunya
sampai ditendang. Setelah makanan sudah tersaji, seorang penghulu balai membuka
terlebih dahulu tudung saji yang telah tersedia kemudian barulah disantap
bersama-sama.
Sekarang ini sudah banyak perubahan yang terjadi di Mantang, satu diantara
perubahan itu adalah model rumah masyarakat di sana. Dahulu, rumah itu di
bangun dengan menggunakan daun kelapa dan papan yang biasa kita sebut dengan
rumah panggung, akan tetapi sekarang ini dengan adanya bantuan dari pemerintah
setempat maka rumah-rumah masyarakat Mantang berubah menjadi lebih baik dengan
menggunakan bahan bangunan yang lebih kuat lagi.
Masyarakat Mantang dulunya juga masih memegang kepercayaan akan mitos
seperti tidak boleh keluar pada waktu maghrib ataupun anak gadis tidak boleh
makan di depan pintu. Hal ini masih dipercaya juga untuk beberapa masyarakat di
sana. Seperti yang sampaikan oleh Pak Hatta, salah satu penduduk Mantang bahwa
dulunya untuk melihat anak gadis saja sulit sekali apalagi membawa anak gadis
itu keluar karena adat yang sudah ditentukan. Mereka masih memiliki kesopanan
dan rasa malu dalam diri mereka serta masih memegang teguh agama Islam yang
dianutnya. Tetapi karena perubahan zaman inilah, nilai-nilai moral sedikit
bergeser dan itu juga terjadi di Mantang.
BAB III
PENUTUP
Walaupun
Mantang merupakan pulau kecil yang mungkin kurang terjamah oleh masyarakat
perkotaan, akan tetapi masyarakat di sini sangat menerima dan terbuka dengan
siapa saja yang datang ke pulau ini, karena seperti yang sudah dipaparkan di
atas bahawa mereka menjunjung tinggi rasa persaudaraan antar sesama.
Perjalana
ke Mantang banyak memberikan pelajaran untuk kami sebaga generasi penerus
bangsa bahwa memang sudah seharusnya kita menjunjung tinggi adat dan budaya
dimana tempat kita berpijak, menanamkan rasa persaudaran antar sesama dan juga
harus melestarikan kesenian dan hal lain yang kita punya agar tetap terjaga.
Organisasi
Organisasi merupakan wadah atau
tempat dimana kita bisa saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan melalui visi dan misi yang telah disepakati bersama. Dalam berorganisasi
kita harus memiliki jiwa kepemimpinan demi kemajuan dan kesuksesan organisasi
yang telah dibentuk bersama. jiwa kepemimpinan adalah kemampuan kita untuk
memimpin jalannya organisasi dan bisa saling mempengaruhi antar sesamanya
menuju ke arah yang lebih baik demi tercapainya tujuan organisasi. Dalam
berorganisasi, kita harus bisa saling menghargai kedudukan satu dengan yang
lainnya dan tidak saling menjatuhkan
Berorganisasi adalah kegiatan yang
mempunyai struktur yang jelas dan bersistem. Artinya, dalam organisasi sudah
tersusun dengan sangat jelas kedudukan masing-masing anggota sesuai dengan
kemampuannya serta mempunyai aturan yang harus dipatuhi oleh semua anggota yang
bernaung di dalamnya. Dalam menjalankan organisasi, kita harus memiliki
manajemen strategis yang jelas agar organisasi dapat bertahan lama dan sukses
menjacapai tujuannya. Kita dapat menjumpai banyak sekali organisasi-organisasi
yang telah dibentuk, meliputi organisasi dalam perusahaan, sekolah, intansi
pemerintahan, dan organisasi di luar lainnya baik itu organisasi yang dibentuk
secara formal maupun informal.
Dalam organisasi, harus memiliki
struktur organisasi yang jelas dan teratur. Hal ini bertujuan agar setiap
anggota yang ada di dalamnya dapat menjalankan tugasnya masing-masing dan
terarah. Pada karangan ini akan dibahas mengenai organisasi yang berskala kecil
yang ada di kelas di setiap sekolah-sekolah. Organisasi kelas ini dijalankan
oleh para siswa/i yang dibimbing oleh wali kelasnya masing-masing. Organisasi
ini melatih siswa agar mampu
melaksanakan tugas yang sudah diberikan dengan sepenuh hati dan dapat
mempertanggungjawabkan atas segala hal yang diperbuatnya dalam menjalankan
kegiatan organisasi yang ada di kelas.
Organisasi kelas ini memiliki
struktur organisasi yang fungsional, artinya struktur yang tunggal dan standar.
Lihat bagan struktur organisasi kelas di bawah ini !
Struktur Organisasi Kelas
(Struktur Fungsional)
![]() |
Pada
gambar struktur kelas di atas tampak jelas kedudukan masing-masing anggota
organisasi dan tugasnya masing-masing. Struktur organisasi kelas dikatakan
sebagai struktur fungsional karena pada organisasi ini hanya terdapat satu
divisi setiap bidangnya. Artinya, satu divisi atau bidang itu tidak dibagi lagi
menjadi divisi-divisi yang bercabang. Hal ini akan lebih memudahkan anggota
dibidangnya masing-masing untuk menjalankna tugasnya.
Dalam berorganisasi tentu sudah
ditetapkan kedudukan dan tugasnya masing-masing. Pertama yang akan dibahas
adalah kedudukan dan tugas ketua. Ketua merupakan kedudukan yang utama dan
paling tinggi jika dibandingkan dengan kedudukan anggota lainnya. Adapun tugas
dari ketua atau pemimpin yaitu, mengontrol dan memimpin jalannya organisasi dan
kegiatan yang ada di dalamnya. Seorang pemimpin merupakan orang yang mampu
mempengaruhi anggotanya menuju ke arah yang lebih baik terutama dalam
menjalankan tugasnya masing-masing. Ketua atau pemimpin memiliki tanggungjawab
yang besar dalam organisasi.
Kedua, tugas sebagai seorang wakil
ketua yaitu membantu ketua dalam mengawasi dan menjalankan kegiatan organisasi
serta hal-hal lainnya yang menyangkut tentang organisasi. Ketiga, tugas sebagai
sekretaris yaitu menjadi notulen dalam setiap rapat yang di adakan organisasi,
membantu ketua untuk menyusun perencanaan-perencanaan kegiatan organisasi serta
membantu ketua dalam menyiapakan proposal dan laporan kegiatan organisasi.
Keempat, tugas sebagai bendahara yaitu mengatur semua keuangan dalam organisasi
dengan pengawasan dari ketua. Dan yang kelima, yaitu tugas dari setiap anggota
divisi adalah menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan kemampuan
dibidangnya demi menunjang keberhasilan organisasi.
Dalam organisasi, kita ditempah
untuk memiliki jiwa seorang pemimpin yang berani. Tidak hanya itu saja kita
juga dilatih untuk jujur, adil, bekerja keras, serta bertanggungjawab dalam
setiap menjalankan tugas yang diberikan. Karena kita adalah pemuda harapan
bangsa yang merupakan cikal bakal pemimpin di masa depan. Oleh karena itulah,
kita harus membiasakan diri sejak dini untuk ikut berorganisasi agar kelak akan
mempermudah kita untuk memimpin negeri ini.
Morfologi
Bab 1
Pembahasan
1.1
Kata Ulang
Kata ulang adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Pengulangan kata terjadi karena adanya proses morfologis. Proses morfologis
yang mengubah sebuah leksem
menjadi kata setelah mengalami proses tersebut. Dalam istilah lain, kata ulang
juga bisa disebut reduplikasi.
1.1.1
Jenis –Jenis Kata Ulang
Kata ulang terbagi beberapa jenis,
yaitu :
1.
Dwipurwa (kata ulang sebagian) adalah reduplikasi atas
suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke
posisi tengah menjadi e pepet.
Contoh: tetangga, leluhur, leluasa.
Di antara dwipurwa ada yang mendapat akhiran, seperti
kata ulang pepohonan, rerumputan, dan tetanaman.
2.
Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh) adalah reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar maupun kata
berimbuhan).
Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
3.
Dwilingga salin suara (berubah bunyi) adalah reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami
perubahan suara pada suatu fonem atau lebih.
Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
4.
Kata ulang berimbuhan adalah reduplikasi
dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua.
Contoh: bermain-main, tarik-menarik.
5.
Kata ulang semu adalah kata yang sebenarnya merupakan
kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba,
ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.
Selain
jenis-jenis di atas, ada sebagian pakar linguistik memebagi kata ulang berdasarkan
makna atrau arti. Jenis-jenis berdasarkan makna, antara lain :
1. Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda).
Contoh: meja-meja
2. Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis.
Contoh:
bolak-balik
3. Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses).
Contoh: melihat-lihat
4. Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang.
Contoh: kupu-kupu
5. Bentuk ulang dwipurwa.
Contoh:
dedauna
Selain itu ada juga yang membagi kata ulang menurut makna
yang lain, yaitu:
1.
Jamak (tak tentu).
Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
2.
Bermacam-macam. Contoh:
pohon-pohonan, buah-buahan.
3.
Menyerupai. Contoh:
kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-mobilan, rumah-rumahan,
kayu-kayuan.
4.
Melemahkan (agak).
Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit- sakitan.
5.
Intensitas (kualitas,
kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-mandir.
6.
Saling (berbalasan).
Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
7.
Kolektif (pada kata
bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
8.
Dalam keadaan. Contoh:
mentah-mentah, hidup-hidup.
9.
Walaupun (meskipun).
Contoh: kecil-kecil.
10.
Perihal. Contoh:
masak-memasak, jahit menjahit.
11.
Tindakan untuk
bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk, tidur-tiduran,
membaca-baca, berjalan-jalan.
12.
Agak. Contoh: kehijau-hijauan,
kemerah-merahan.
13.
Tindakan yang dilakukan
berkali-kali. Contoh: berkali-kali.
14.
Himpunan. Contoh:
berjam-jam.
15.
Perbalasan (pekerjaan).
Contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh, tolong-menolong.
Sedangkan dalam bahasa Melayu dikenal kata ulang atau reduplikasi
sebagai berikut :
2. Reduplikasi morfologis, yaitu
pengulangan morfem,
misalnya: papa, mama
3. Reduplikasi sintaktis, yaitu pengulangan morfem yang
menghasilkan klausa, contoh : "malam-malam pekerjaan itu
dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap
dikerjakannya"
4. Reduplikasi gramatikal, yaitu pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang
meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis
5. Reduplikasi idiomatis atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang menghasilkan
kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia.
Lihat pula: Kata Indonesia yang selalu dalam
bentuk terulang
6. Reduplikasi non-idiomatis, yaitu
pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar, contoh
"kucing-kucing"
1.2 Komposisi atau Kata Majemuk
Kata
majemuk atau kompositum adalah gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan arti baru. Kata majemuk yang
telah melebur menjadi kata baru dan sudah bernyawa, yang morfem dasarnya sama
sekali tidak lagi menonjol, disebut kata majemuk senyawa. Pengertian lain
tentang kata mejemuk yaitu gabungan morfem dasar yang seluruhnya
berstatus sebagai kata
yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang
khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola
khusus tersebut membedakannya dengan frasa atau gabungan
kata--gabungan morfem yang bukan kata majemuk. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia, kamar mandi adalah kata majemuk, sedangkan baju hijau
adalah frasa.
Kata
majemuk dibentuk oleh proses pemajemukan atau komposisi yang merupakan
proses morfologis,
sedangkan frasa dibentuk oleh proses sintaksis.
Kata majemuk dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri, yaitu:
a.
Ketaktersisipan yang berarti di antara
unsur-unsur kompositum tidak dapat disisipi apa pun.
b. Ketakterluasan
yang berarti setiap unsur kompositum tidak dapat diimbuhkan kecuali
sekaligus.
c.
Ketakterbalikan yang berarti unsur
kompositum tidak dapat dipertukarkan.
d.
Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
e.
Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu
pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas
bagian-bagiannya.
f.
Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
g.
Frekuensi pemakaiannya tinggi.
h.
Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris,
terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului
Menerangkan).
Pembentukan komposisi
adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam
kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Dilihat dari segi semantik, semakin luas
komposisi itu maka maknanya semakin “sempit”.
1.2.1
Pembedaan
Kata Majemuk
1.2.1.1 Berdasarkan
Cara Penulisannya
A. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan. Seolah-olah telah melebur menjadi satu kata baru
Misalnya: matahari, hulubalang, bumiputra
b.Kata majemuk tak-senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem -morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan, kumis kucing, cerdik pandai
1.2.1.2 Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kala Pembentuknya
Berdasarkan kelas kata pembentuknya. Kata majemuk dapat dibedakan atas:
a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda
Misalnya: kapal udara, anak emas, sapu tangan.
B. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja
Misalnya: kapal terbang, anak pungut, meja makan.
C. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat
Misalnya: orang tua, rumah sakit, pejabat tinggi
d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda
Misalnya:
panjang tangan, tinggi hati, keras kepala
e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda
Misalnya: pancaindera, dwiwarna, sapta marga.
F. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja
Misalnya: naik turun, keluar masuk, pulang pergi.
G. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat
Misalnya: tua muda, cerdik pandai, besar kecil.
e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda
Misalnya: pancaindera, dwiwarna, sapta marga.
F. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja
Misalnya: naik turun, keluar masuk, pulang pergi.
G. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat
Misalnya: tua muda, cerdik pandai, besar kecil.
1.2.1.3 Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata Pembentuknya Ditinjau dari segi hubungannya.
1.
Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan
(prefiks). Seperti: pra-sarana, prasejarah, tanadil.
2.
Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal
kata. Seperti: rumah sakit, kapal udara, meja belajar.
3.
Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal
kata. Seperti: maha-siswa, bumiputra, purbakala.
4.
Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan
sederajat dengan morfem keduanya. Seperti naik turun, besar kecil, pulang pergi, sanak saudara.
1.2.2
Contoh-contoh Kata Majemuk
1. Kalimat
majemuk setara
Kalimat
majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-unsurnya
mempunyai kedudukan setara.
Contoh:
A. Saya akan
datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
B. Dia
sangat baik hati dan suka menolong.
2. Kalimat
majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis
antara klausa yang membentuknya.
Contoh:
Saya
mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.
3. Kalimat
majemuk campuran
Kalimat yang
hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang sederajat dan ada yang
bertingkat.
Contoh:
Setelah saya
bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu berangkat ke
sekolah.
Daftar
pustaka
Arifin, E. Zaenal, dkk.2009.Morfologi
Bentuk, makna, dan Fungsi.Jakarta: Grasindo
Alwi,
Hasan et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 2003
www.id.wikibooks.org.wiki.Bahasa Indonesia.Kata
ulang
Keraf, Gorys. 1991. "Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia". Jakarta:
Grasindo.
Darmayanti, Nani. 2007. “Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah
Kejuruan Tingkat Madia (Kelas X1).” Bandung: Grafindo Media Pratama.
Langganan:
Postingan (Atom)