Bab 1
Pembahasan
1.1
Kata Ulang
Kata ulang adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Pengulangan kata terjadi karena adanya proses morfologis. Proses morfologis
yang mengubah sebuah leksem
menjadi kata setelah mengalami proses tersebut. Dalam istilah lain, kata ulang
juga bisa disebut reduplikasi.
1.1.1
Jenis –Jenis Kata Ulang
Kata ulang terbagi beberapa jenis,
yaitu :
1.
Dwipurwa (kata ulang sebagian) adalah reduplikasi atas
suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke
posisi tengah menjadi e pepet.
Contoh: tetangga, leluhur, leluasa.
Di antara dwipurwa ada yang mendapat akhiran, seperti
kata ulang pepohonan, rerumputan, dan tetanaman.
2.
Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh) adalah reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar maupun kata
berimbuhan).
Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
3.
Dwilingga salin suara (berubah bunyi) adalah reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami
perubahan suara pada suatu fonem atau lebih.
Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
4.
Kata ulang berimbuhan adalah reduplikasi
dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua.
Contoh: bermain-main, tarik-menarik.
5.
Kata ulang semu adalah kata yang sebenarnya merupakan
kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba,
ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.
Selain
jenis-jenis di atas, ada sebagian pakar linguistik memebagi kata ulang berdasarkan
makna atrau arti. Jenis-jenis berdasarkan makna, antara lain :
1. Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda).
Contoh: meja-meja
2. Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis.
Contoh:
bolak-balik
3. Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses).
Contoh: melihat-lihat
4. Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang.
Contoh: kupu-kupu
5. Bentuk ulang dwipurwa.
Contoh:
dedauna
Selain itu ada juga yang membagi kata ulang menurut makna
yang lain, yaitu:
1.
Jamak (tak tentu).
Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
2.
Bermacam-macam. Contoh:
pohon-pohonan, buah-buahan.
3.
Menyerupai. Contoh:
kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-mobilan, rumah-rumahan,
kayu-kayuan.
4.
Melemahkan (agak).
Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit- sakitan.
5.
Intensitas (kualitas,
kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-mandir.
6.
Saling (berbalasan).
Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
7.
Kolektif (pada kata
bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
8.
Dalam keadaan. Contoh:
mentah-mentah, hidup-hidup.
9.
Walaupun (meskipun).
Contoh: kecil-kecil.
10.
Perihal. Contoh:
masak-memasak, jahit menjahit.
11.
Tindakan untuk
bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk, tidur-tiduran,
membaca-baca, berjalan-jalan.
12.
Agak. Contoh: kehijau-hijauan,
kemerah-merahan.
13.
Tindakan yang dilakukan
berkali-kali. Contoh: berkali-kali.
14.
Himpunan. Contoh:
berjam-jam.
15.
Perbalasan (pekerjaan).
Contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh, tolong-menolong.
Sedangkan dalam bahasa Melayu dikenal kata ulang atau reduplikasi
sebagai berikut :
2. Reduplikasi morfologis, yaitu
pengulangan morfem,
misalnya: papa, mama
3. Reduplikasi sintaktis, yaitu pengulangan morfem yang
menghasilkan klausa, contoh : "malam-malam pekerjaan itu
dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap
dikerjakannya"
4. Reduplikasi gramatikal, yaitu pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang
meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis
5. Reduplikasi idiomatis atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang menghasilkan
kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia.
Lihat pula: Kata Indonesia yang selalu dalam
bentuk terulang
6. Reduplikasi non-idiomatis, yaitu
pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar, contoh
"kucing-kucing"
1.2 Komposisi atau Kata Majemuk
Kata
majemuk atau kompositum adalah gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan arti baru. Kata majemuk yang
telah melebur menjadi kata baru dan sudah bernyawa, yang morfem dasarnya sama
sekali tidak lagi menonjol, disebut kata majemuk senyawa. Pengertian lain
tentang kata mejemuk yaitu gabungan morfem dasar yang seluruhnya
berstatus sebagai kata
yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang
khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola
khusus tersebut membedakannya dengan frasa atau gabungan
kata--gabungan morfem yang bukan kata majemuk. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia, kamar mandi adalah kata majemuk, sedangkan baju hijau
adalah frasa.
Kata
majemuk dibentuk oleh proses pemajemukan atau komposisi yang merupakan
proses morfologis,
sedangkan frasa dibentuk oleh proses sintaksis.
Kata majemuk dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri, yaitu:
a.
Ketaktersisipan yang berarti di antara
unsur-unsur kompositum tidak dapat disisipi apa pun.
b. Ketakterluasan
yang berarti setiap unsur kompositum tidak dapat diimbuhkan kecuali
sekaligus.
c.
Ketakterbalikan yang berarti unsur
kompositum tidak dapat dipertukarkan.
d.
Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
e.
Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu
pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas
bagian-bagiannya.
f.
Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
g.
Frekuensi pemakaiannya tinggi.
h.
Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris,
terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului
Menerangkan).
Pembentukan komposisi
adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam
kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Dilihat dari segi semantik, semakin luas
komposisi itu maka maknanya semakin “sempit”.
1.2.1
Pembedaan
Kata Majemuk
1.2.1.1 Berdasarkan
Cara Penulisannya
A. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan. Seolah-olah telah melebur menjadi satu kata baru
Misalnya: matahari, hulubalang, bumiputra
b.Kata majemuk tak-senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem -morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan, kumis kucing, cerdik pandai
1.2.1.2 Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kala Pembentuknya
Berdasarkan kelas kata pembentuknya. Kata majemuk dapat dibedakan atas:
a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda
Misalnya: kapal udara, anak emas, sapu tangan.
B. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja
Misalnya: kapal terbang, anak pungut, meja makan.
C. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat
Misalnya: orang tua, rumah sakit, pejabat tinggi
d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda
Misalnya:
panjang tangan, tinggi hati, keras kepala
e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda
Misalnya: pancaindera, dwiwarna, sapta marga.
F. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja
Misalnya: naik turun, keluar masuk, pulang pergi.
G. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat
Misalnya: tua muda, cerdik pandai, besar kecil.
e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda
Misalnya: pancaindera, dwiwarna, sapta marga.
F. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja
Misalnya: naik turun, keluar masuk, pulang pergi.
G. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat
Misalnya: tua muda, cerdik pandai, besar kecil.
1.2.1.3 Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata Pembentuknya Ditinjau dari segi hubungannya.
1.
Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan
(prefiks). Seperti: pra-sarana, prasejarah, tanadil.
2.
Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal
kata. Seperti: rumah sakit, kapal udara, meja belajar.
3.
Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal
kata. Seperti: maha-siswa, bumiputra, purbakala.
4.
Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan
sederajat dengan morfem keduanya. Seperti naik turun, besar kecil, pulang pergi, sanak saudara.
1.2.2
Contoh-contoh Kata Majemuk
1. Kalimat
majemuk setara
Kalimat
majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-unsurnya
mempunyai kedudukan setara.
Contoh:
A. Saya akan
datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
B. Dia
sangat baik hati dan suka menolong.
2. Kalimat
majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis
antara klausa yang membentuknya.
Contoh:
Saya
mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.
3. Kalimat
majemuk campuran
Kalimat yang
hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang sederajat dan ada yang
bertingkat.
Contoh:
Setelah saya
bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu berangkat ke
sekolah.
Daftar
pustaka
Arifin, E. Zaenal, dkk.2009.Morfologi
Bentuk, makna, dan Fungsi.Jakarta: Grasindo
Alwi,
Hasan et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 2003
www.id.wikibooks.org.wiki.Bahasa Indonesia.Kata
ulang
Keraf, Gorys. 1991. "Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia". Jakarta:
Grasindo.
Darmayanti, Nani. 2007. “Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah
Kejuruan Tingkat Madia (Kelas X1).” Bandung: Grafindo Media Pratama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
just do what you want to do !