Sabtu, 30 November 2013

Morfologi



Bab 1
Pembahasan


            1.1 Kata Ulang
                        Kata ulang adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Pengulangan kata        terjadi karena adanya proses morfologis. Proses morfologis yang mengubah sebuah           leksem menjadi kata setelah mengalami proses tersebut. Dalam istilah  lain, kata         ulang juga bisa disebut reduplikasi.

                        1.1.1 Jenis –Jenis Kata Ulang
                        Kata ulang terbagi beberapa jenis, yaitu :

1.   Dwipurwa (kata ulang sebagian) adalah reduplikasi atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet.
      Contoh: tetangga, leluhur, leluasa.
      Di antara dwipurwa ada yang mendapat akhiran, seperti kata  ulang pepohonan, rerumputan, dan tetanaman.

2.   Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh) adalah reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan).
     Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.

3.   Dwilingga salin suara (berubah bunyi) adalah reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih.
     Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.

4.   Kata ulang berimbuhan adalah reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua.
     Contoh: bermain-main, tarik-menarik.


5.   Kata ulang semu adalah kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.

                        Selain jenis-jenis di atas, ada sebagian pakar linguistik memebagi  kata ulang          berdasarkan makna atrau arti. Jenis-jenis berdasarkan makna, antara lain :

1.       Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda).
Contoh: meja-meja
2.       Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis.
 Contoh: bolak-balik
3.       Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses).
Contoh: melihat-lihat
4.       Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang.
Contoh: kupu-kupu
5.       Bentuk ulang dwipurwa.
 Contoh: dedauna

            Selain itu ada juga yang membagi kata ulang menurut makna yang lain, yaitu:

1.      Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
2.      Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
3.      Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-mobilan, rumah-rumahan, kayu-kayuan.
4.      Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit- sakitan.
5.      Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-mandir.
6.      Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
7.      Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
8.      Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
9.      Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
10.  Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
11.  Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk, tidur-tiduran, membaca-baca, berjalan-jalan.
12.  Agak. Contoh: kehijau-hijauan, kemerah-merahan.
13.  Tindakan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: berkali-kali.
14.  Himpunan. Contoh: berjam-jam.
15.  Perbalasan (pekerjaan). Contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh, tolong-menolong.

            Sedangkan dalam bahasa Melayu dikenal kata ulang atau reduplikasi sebagai berikut :

1.       Reduplikasi fonologis, yaitu pengulangan fonem tanpa terlalu banyak mengubah arti dasar
2.       Reduplikasi morfologis, yaitu pengulangan morfem, misalnya: papamama
3.       Reduplikasi sintaktis, yaitu pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, contoh :  "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya"
4.       Reduplikasi gramatikal, yaitu  pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis
5.       Reduplikasi idiomatis atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia.
6.       Reduplikasi non-idiomatis, yaitu pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing"


1.2 Komposisi atau Kata Majemuk

Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan arti baru. Kata majemuk yang telah melebur menjadi kata baru dan sudah bernyawa, yang morfem dasarnya sama sekali tidak lagi menonjol, disebut kata majemuk senyawa. Pengertian lain tentang kata mejemuk yaitu gabungan morfem dasar yang             seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakannya dengan frasa atau gabungan kata--gabungan morfem yang bukan kata majemuk. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kamar mandi adalah kata majemuk, sedangkan baju hijau adalah frasa.
                        Kata majemuk dibentuk oleh proses pemajemukan atau komposisi yang      merupakan proses morfologis, sedangkan frasa dibentuk oleh proses sintaksis. Kata     majemuk dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri, yaitu:

a.    Ketaktersisipan yang berarti di antara unsur-unsur kompositum tidak dapat disisipi apa pun.
b.   Ketakterluasan yang berarti setiap unsur kompositum tidak dapat diimbuhkan kecuali sekaligus.
c.    Ketakterbalikan yang berarti unsur kompositum tidak dapat dipertukarkan.
d.   Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
e.    Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
f.    Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
g.   Frekuensi pemakaiannya tinggi.
h.   Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).

                       
                        Pembentukan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Dilihat            dari segi semantik, semakin luas komposisi itu maka maknanya semakin “sempit”.

                        1.2.1 Pembedaan Kata Majemuk
                                    1.2.1.1 Berdasarkan Cara Penulisannya

                        A. Kata Majemuk senyawa
                        Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya                                 dirangkaikan. Seolah-olah telah melebur menjadi satu kata baru
                        Misalnya: matahari, hulubalang, bumiputra

                        b.Kata majemuk tak-senyawa
                        Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem                   -morfem dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan, kumis kucing,                                  cerdik pandai

                        1.2.1.2 Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kala                                                      Pembentuknya
                        Berdasarkan kelas kata pembentuknya. Kata majemuk dapat dibedakan atas:

                        a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda
                        Misalnya: kapal udara, anak emas, sapu tangan.

                        B. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja
                        Misalnya: kapal terbang, anak pungut, meja makan.

                        C. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat
                        Misalnya: orang tua, rumah sakit, pejabat tinggi

                        d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda
                        Misalnya: panjang tangan, tinggi hati, keras kepala

                        e. Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda
                        Misalnya: pancaindera, dwiwarna, sapta marga.

                        F. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja
                        Misalnya: naik turun, keluar masuk, pulang pergi.

                        G. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat
                        Misalnya: tua muda, cerdik pandai, besar kecil.

                        1.2.1.3 Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata                                             Pembentuknya Ditinjau dari segi hubungannya.

1.         Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan (prefiks). Seperti: pra-sarana, prasejarah, tanadil.

2.         Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal kata. Seperti: rumah sakit, kapal udara, meja belajar.
3.         Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal kata. Seperti: maha-siswa, bumiputra, purbakala.

4.         Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan sederajat dengan morfem keduanya. Seperti naik turun, besar kecil, pulang pergi, sanak saudara.

1.2.2 Contoh-contoh Kata Majemuk

                        1. Kalimat majemuk setara
                        Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap                  unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara.
                        Contoh:
                        A. Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
                        B. Dia sangat baik hati dan suka menolong.

                        2. Kalimat majemuk bertingkat
                        Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan                                 semantis antara klausa yang membentuknya.
                        Contoh:
                        Saya mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat             mengumpulkannya.

                        3. Kalimat majemuk campuran
                        Kalimat yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang sederajat dan                        ada yang bertingkat.
                        Contoh:
                        Setelah saya bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan, lalu                                 berangkat ke sekolah.






Daftar pustaka

Arifin, E. Zaenal, dkk.2009.Morfologi Bentuk, makna, dan Fungsi.Jakarta: Grasindo
 Alwi, Hasan et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,   2003
www.id.wikibooks.org.wiki.Bahasa Indonesia.Kata ulang
Keraf, Gorys. 1991. "Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia". Jakarta: Grasindo.
Darmayanti, Nani. 2007. “Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Madia (Kelas X1).”  Bandung: Grafindo Media Pratama.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

just do what you want to do !